Dalam perjalanan hidup ini kita sering kali dihadapkan
kepada pilihan-pilihan yang sulit, tak ayal terkadang kita tak mampu untuk
memilih salah satu dari sekian pilihan yang ada dan membiarkan tubuh dan jiwa
ini seolah berlari dari kenyataan. Padahal, tak semua orang mempunyai
kesempatan untuk memilih bahkan untuk memimpikan datangnya pun seolah ini
menjadi hal yang mustahil.
Budak contohnya, dalam sejarahnya budak merupaan manusia
yang tak mempunyai hak apapun dalam hidupnya, bahkan hak hidup itu sendiri
sebenarnya tak ada dalam dirinya apalagi sampai mempunyai pilihan dalam menjalani
hidupnya.
Maka sudah selayaknya kita bersyukur dengan apa yang berlaku
sekarang ini. bagaimana caranya? Dengan mengambil
keputusan untuk memilih salah satu dari sekian banyak pilihan yang ada dan tak
membiarkan diri kita terus berlari dari kenyataan. ingat, saat memilih kita
harus benar-benar bebas dari apaun, tak ada paksaan dari orang lain untuk
memilihnya. Pilihan itu harus datang dari jiwamu. Saat kita memilih kita memproklamirkan diri
kita sebagai manusia seutuhnya.
Lalu bagaimana jika ada manusia yang mencoba menjadikan kita
budak? Budak disini tentunya bukan seperti budak jaman dulu, perbudakan
sekarang dalam bentuk transfer gagasan atau pemikiran yang penerapannya harus
dan tidak boleh menggunakan cara lain selain cara yang disampaikannya. Praktek ini
kini sedang berlangsung ditengah-tengah kehidupan kita atau bahkan kita
sebenarnya sudah dimasukan kedalam perbudakan jenis baru ini.
Perbudakan ini menurut Penulis sangat terlihat ketika kita
bicara tentang organisasi baik yang bergerak dalam politik, ekonomi, budaya,
maupun organisasi sosial. Dimana kaum muda tak diberi kesempatan untuk
menyampaikan gagasan-gagasannya untuk kemajuan bangsa terutama organisasinya. Jika
kita merasa dalam lingkaran tersebut sudah saatnya kita kaum muda menyatakan “Saya
Bukan Budak”. Tentu dengan resiko disebut pembangkang dan ditendang dengan
seenaknya tentunya dengan air ludah mendarat lebih dulu kemuka daripada sepatunya.
Kalau kita takut dengan resiko tersebut, sudah selayaknya dan tak boleh marah kita
disebut budak.
Serang, 5 Juni 2016
Nurjaya Ibo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar