Menurut istilah, Pertandingan merupakan
bentuk kegiatan fisik dan saling berhadap-hadapan. Ada dua jenis pertandingan
yang melibatkan kontak fisik secara langsung, saling menjatuhkan, menyerang dan
memperdaya lawannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kedua adalah jenis
pertandingan dengan adanya pembatas antara petarung satu dengan yang lainnya.
Dalam sebuah pertandingan terkadang
terjadi secara adil. Ini disebabkan keadaan dua belah pihak atau lebih memiliki
kekuatan dan kemampuan yang sama dan yang lebih penting posisi yang sama . Lalu
bagaimana jika dua orang yang bertanding tidak dalam kondisi yang seimbang?.
maka ini seperti kisah yang diceritakan Fitron Nur Ikhsan dalam bukunya dimensi
kodok dimana ada dua orang sahabat yang seumuran dengan pisik yang berimbang. Salah
satunya naik pohon kelapa lalu meludah dan mengenai muka orang yang ada
dibawahnya. Lalu orang yang berada dibawah itu marah. orang yang berada diatas
bilang silakan kamu pun bisa melakukan hal yang sama terhadap saya. Maka meludahnya
orang itu yang ia arahkan kemuka orang yang ada diatas. apa yang terjadi? Kita
semua pasti sepakat bahwa air ludah akan mengenai muka si peludah. Kenapa?
Karna walaupun dua orang ini mempunyai kekuatan dan kemampuan yang sama akan
tetapi berada diposisi yang berbeda. Maka dari itu posisi sangat menentukan
hasil pertandingan.
Selain tiga hal tersebut, harus
juga dibuat aturan yang jelas terkait pertandingan. Didalamnya setidaknya memuat
persyaratan siapa saja yang boleh bertarung, dimana pertarungannya, apa yang
boleh dilakukan saat bertarung dan apa yang tidak boleh dilakukan saat
bertarung, serta seperti apa yang bisa dikatakan menang. Dan yang paling
penting lagi harus ada pengadil pertandingan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka ini tak ubahnya seekor kodok
yang baru keluar dari tempurung lalu menantang
kuda yang terlalu lama tinggal di kandang. Kodok mengajak kuda
bertanding untuk membuktikan siapa diantara mereka yang paling hebat, kuda pun
meladeni tantangan kodok. Kodok lalu membuat pertandingan, siapa yang
loncatannya paling tinggi maka ialah pemenangnya. Kuda dengan gagah berani lalu
meloncat. Dengan penuh keyakinan kuda melihat kearah sang kodok seolah
mengatakan kamu lihat loncatan saya?. Sang kodok pun langsung meloncat. loncatannya
tidak lebih tinggi dari saya pikir kuda dalam hatinya. Menurut pembaca,
siapakah pemenangnya?.
Karena pertandingan itu tidak
disebutkan aturan yang jelas dan hanya menyebutkan paling tinggi. Maka
pemenangnya bisa kodok dan bisa pula si kuda. Keduanya bisa berpotensi disebut
sebagai pihak yang menang. Kuda bisa mengklaim dialah pemenangnya karena dalam
kacamata kuda ia meloncat lebih tinggi dari si kodok. Tapi menurut sang kodok
pun ia akan merasa sebagai pemenangnya. Kenapa? Karena ia mampu meloncat 15
kali lebih tinggi dari tinggi dirinya sendiri. Sedangkan kuda hanya dua kali
dari tinggi tubuhnya.
Selain mengesampingkan kekuatan,
kemampuan serta posisi yang sama, pertandingan kodok melawan kuda juga tanpa
aturan yang jelas, dalam pertandingan tersebut juga tidak ada sang pangadil
yang kemudian menentukan siapakah pemenangnya. Kalau sudah begini, konflik
berkepanjanganpun bisa terjadi. Kenapa? Karna kita yang mengenal adanya aturan
dan pengadilpun masih berkonflik setelah pertandingan dikatakan selesai oleh sang
pengadil.
Serang, 10 Juli 2017
Nurjaya Ibo