Senin, 10 Juli 2017

Pertandingan Yang Adil


Menurut istilah, Pertandingan merupakan bentuk kegiatan fisik dan saling berhadap-hadapan. Ada dua jenis pertandingan yang melibatkan kontak fisik secara langsung, saling menjatuhkan, menyerang dan memperdaya lawannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kedua adalah jenis pertandingan dengan adanya pembatas antara petarung satu dengan yang lainnya.  

Dalam sebuah pertandingan terkadang terjadi secara adil. Ini disebabkan keadaan dua belah pihak atau lebih memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama dan yang lebih penting posisi yang sama . Lalu bagaimana jika dua orang yang bertanding tidak dalam kondisi yang seimbang?. maka ini seperti kisah yang diceritakan Fitron Nur Ikhsan dalam bukunya dimensi kodok dimana ada dua orang sahabat yang seumuran dengan pisik yang berimbang. Salah satunya naik pohon kelapa lalu meludah dan mengenai muka orang yang ada dibawahnya. Lalu orang yang berada dibawah itu marah. orang yang berada diatas bilang silakan kamu pun bisa melakukan hal yang sama terhadap saya. Maka meludahnya orang itu yang ia arahkan kemuka orang yang ada diatas. apa yang terjadi? Kita semua pasti sepakat bahwa air ludah akan mengenai muka si peludah. Kenapa? Karna walaupun dua orang ini mempunyai kekuatan dan kemampuan yang sama akan tetapi berada diposisi yang berbeda. Maka dari itu posisi sangat menentukan hasil pertandingan.

Selain tiga hal tersebut, harus juga dibuat aturan yang jelas terkait pertandingan. Didalamnya setidaknya memuat persyaratan siapa saja yang boleh bertarung, dimana pertarungannya, apa yang boleh dilakukan saat bertarung dan apa yang tidak boleh dilakukan saat bertarung, serta seperti apa yang bisa dikatakan menang. Dan yang paling penting lagi harus ada pengadil pertandingan. Jika hal ini tidak  dilakukan, maka ini tak ubahnya seekor kodok yang baru keluar dari tempurung lalu menantang  kuda yang terlalu lama tinggal di kandang. Kodok mengajak kuda bertanding untuk membuktikan siapa diantara mereka yang paling hebat, kuda pun meladeni tantangan kodok. Kodok lalu membuat pertandingan, siapa yang loncatannya paling tinggi maka ialah pemenangnya. Kuda dengan gagah berani lalu meloncat. Dengan penuh keyakinan kuda melihat kearah sang kodok seolah mengatakan kamu lihat loncatan saya?. Sang kodok pun langsung meloncat. loncatannya tidak lebih tinggi dari saya pikir kuda dalam hatinya. Menurut pembaca, siapakah pemenangnya?.

Karena pertandingan itu tidak disebutkan aturan yang jelas dan hanya menyebutkan paling tinggi. Maka pemenangnya bisa kodok dan bisa pula si kuda. Keduanya bisa berpotensi disebut sebagai pihak yang menang. Kuda bisa mengklaim dialah pemenangnya karena dalam kacamata kuda ia meloncat lebih tinggi dari si kodok. Tapi menurut sang kodok pun ia akan merasa sebagai pemenangnya. Kenapa? Karena ia mampu meloncat 15 kali lebih tinggi dari tinggi dirinya sendiri. Sedangkan kuda hanya dua kali dari tinggi tubuhnya.


Selain mengesampingkan kekuatan, kemampuan serta posisi yang sama, pertandingan kodok melawan kuda juga tanpa aturan yang jelas, dalam pertandingan tersebut juga tidak ada sang pangadil yang kemudian menentukan siapakah pemenangnya. Kalau sudah begini, konflik berkepanjanganpun bisa terjadi. Kenapa? Karna kita yang mengenal adanya aturan dan pengadilpun masih berkonflik setelah pertandingan dikatakan selesai oleh sang pengadil.

Serang, 10 Juli 2017
Nurjaya Ibo